Properti Surabaya di Sunrise Area: Peluang Emas Investasi yang Nggak Boleh Dilewatkan!

PropertiTerkini.com, (SURABAYA) — Wilayah metropolitan Jawa Timur, khususnya Surabaya dan daerah sekitarnya, lagi-lagi jadi sorotan! Nggak heran, dinamika pasar properti Surabaya makin moncer beberapa tahun belakangan.

Ditambah lagi, pembangunan infrastruktur yang pesat, selera konsumen yang bergeser, dan pulihnya daya beli masyarakat pasca pandemi bikin Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik jadi incaran para pelaku industri, investor, hingga pembeli rumah impian.

Baca Juga: Surabaya Buka Peluang Investasi Rumah Seken, Harga Rp1–3 Miliar Paling Diburu

Potensi kawasan ini memang luar biasa, mulai dari hunian, komersial, sampai industri, menjadikan Jawa Timur, utamanya Surabaya, sebagai salah satu episentrum pertumbuhan properti paling seksi di Indonesia.

Selain properti baru, segmen rumah seken juga mulai dilirik para investor cerdas. Menurut laporan terbaru dari Rumah123, harga rumah seken di Surabaya sempat mengalami penurunan beberapa bulan terakhir.

Ini jadi kabar gembira buat pembeli yang mengincar properti dengan rentang harga Rp1-3 miliar! Meski sempat “terkoreksi”, segmen ini diprediksi bakal bangkit cepat karena lokasinya yang strategis dan harganya yang udah lebih “bersahabat”.

Rudy Sutanto, Dewan Penasihat DPD AREBI DPD Jawa Timur dan Principal Java Property Citraland Surabaya, menilai bahwa pergerakan pasar di area ini memang menunjukkan pertumbuhan positif di semua lini: hunian, komersial, dan kawasan industri.

Baca Juga: Flyover Gelumbang Siap Lancarkan Arus Lalin Palembang–Prabumulih: Rampung Desember 2025

“Bahkan, kedua kota penyangga Surabaya, yakni Gresik dan Sidoarjo adalah ‘sunrise area’, baik untuk zona industri maupun hunian serta komersial building, termasuk pusat perbelanjaan dan lainnya,” ungkap Rudy.

Karakteristik Tren Pasar Properti Surabaya dan Sekitarnya

Properti Surabaya punya karakteristik pasar yang unik dibanding kota-kota penyangganya, tapi justru saling melengkapi dalam ekosistem regional. Rudy Sutanto menjelaskan lebih lanjut bagaimana peran masing-masing kota ini membentuk jaring laba-laba properti yang terintegrasi.

“Secara geografis, memang ada perbedaan antara Surabaya sebagai kota metropolitan dengan Gresik dan Sidoarjo sebagai kota penyangga. Tapi justru itu yang membuat kawasan ini saling melengkapi,” tegas Rudy.

Baca Juga: Bisnis Laundry Cuan Banyak! Intip Jurus Alliance Laundry Systems Hadirkan Peluang Investasi Moncer

Ia juga menyoroti pengembangan infrastruktur yang masif seperti jalur lingkar timur dan proyek tol yang menghubungkan Gresik, Surabaya, dan Sidoarjo, membuat wilayah ini makin terkoneksi erat.

“Seperti jalur lingkar timur Surabaya-Sidoarjo, Tol Gresik terkoneksi dengan Sidoarjo, bahkan bila terealisasi akan ada tol laut Sidoarjo ke Gresik yang sekarang sudah ada JIPPE – Pelabuhan,” tambahnya.

Dari segi permintaan, Surabaya masih jadi primadona untuk hunian (baik rumah tapak maupun apartemen), perkantoran, hingga pusat pergudangan dan ritel.

Baca Juga: Las Vegas Sands Siap Gebrak Singapura dengan Destinasi Ultramewah Senilai US$8 Miliar

Sementara itu, Gresik dan Sidoarjo menunjukkan pertumbuhan signifikan di sektor hunian dan industri, termasuk pergudangan. Penasaran dengan perkembangan infrastruktur di Jawa Timur lainnya? 

Dinamika Harga dan Perubahan Preferensi Konsumen

Lebih lanjut, Rudy mengungkapkan bahwa pasca pandemi COVID-19 atau di era “new normal” ini, pemulihan ekonomi sangat memengaruhi daya beli masyarakat, baik untuk end user maupun investor.

“Ada perubahan mindset konsumen. Sekarang pembelian properti lebih rasional. Mereka menyesuaikan dengan kebutuhan, bukan semata keinginan,” paparnya.

Faktor lain yang ikut membentuk harga adalah zona tata ruang, legalitas, dan kelayakan infrastruktur pendukung. Konsumen kini lebih cerdas, mereka memperhatikan nilai guna, aksesibilitas, dan potensi investasi jangka panjang.

Baca Juga: Topping Off Harris Hotel & Convention Serpong: Sinyal Emas Investasi Properti di Summarecon Serpong!

“Banyak yang meyakini bahwa investasi properti adalah emas hitam yang akan meningkat nilai dan harganya di masa mendatang seiring dengan kebijakan pemerintah terutama di sektor perekonomian,” kata Rudy yang juga pernah menjabat Ketua AREBI DPD Jawa Timur periode 2018-2021.

Di sisi lain, turunnya daya beli masyarakat juga berdampak langsung pada sektor ini. Sementara itu, generasi milenial dan Gen Z punya pandangan berbeda.

“Menurut mereka, lebih baik sewa dan sisa uang diinvestasikan ke instrumen investasi lain yang lebih liquid dan prospektif menurut mereka,” tambah Rudy.

Adapun segmen properti yang masih sangat prospektif di Surabaya dan sekitarnya, menurut Rudy, adalah di rentang harga Rp2-5 miliar.

Sementara data dari Rumah123, melalui Marisa Jaya, Head of Research Rumah123, juga menyebutkan bahwa segmen rumah seken di Surabaya dengan harga Rp1-3 miliar kini jadi incaran utama pasar.

Baca Juga: Mengapa ‘Lily’ @ Paramount Petals Jadi Pilihan Tepat untuk Gaya Hidup Modern Anda? Temukan Jawabannya di Sini!

“Di tengah tren kenaikan harga rumah di beberapa kota, harga rumah di Surabaya justru turun sejak Desember 2024, dengan penurunan paling dalam sebesar -1,7% pada Januari 2025 dan paling ringan -0,4% pada Maret 2025,” terangnya.

Koreksi harga ini, menurutnya, sejalan dengan pergeseran suplai di pasar ke segmen rumah yang lebih terjangkau. [Lebih lengkap terkait temuan Rumah123, bisa cek di sini: Laporan Lengkap Tren Harga Properti di Surabaya dari Rumah123].

***
Yuk, temukan banyak info seru lainnya di: www.PropertiTerkini.com

CEK ARTIKEL PROPERTIPLUS LAINNYA DI SINI!