• 9 July 2025
  • No Comment
  • 26

[KOLOM]: Merangkai Masa Depan Jakarta Kota Berkelanjutan, Bukan Sekadar Membangun Tinggi

[KOLOM]: Merangkai Masa Depan Jakarta Kota Berkelanjutan, Bukan Sekadar Membangun Tinggi

Oleh: Dr. Alyas Widita (Assistant Professor and Course Coordinator, Urban Design, Monash University, Indonesia)

Jakarta, kota yang terus berdetak dengan denyut pembangunan, kini genap berusia 489 tahun. Pembangunan masif di berbagai sektor tak pelak memantapkan identitasnya sebagai kota global yang dinamis.

Namun, di balik megahnya gedung-gedung pencakar langit dan infrastruktur modern, Jakarta menyimpan serangkaian tantangan urban yang kompleks, seringkali tersembunyi di balik sorotan pembangunan vertikal yang tak terbendung.

Baca Juga: Proyek MRT Jakarta Fase 2A Capai 48,90%, Menko AHY Targetkan Operasional Penuh 2027

Sebagai seorang perancang kota, saya melihat bahwa laju pembangunan ini belum sepenuhnya diimbangi dengan tata lingkungan yang komprehensif. Akibatnya, kita harus menghadapi isu-isu yang tak asing lagi: banjir yang melumpuhkan, konsumsi energi yang terus meroket karena kurangnya sertifikasi bangunan hijau, hingga dampak serius pada kesehatan mental masyarakat akibat minimnya ruang terbuka hijau di tengah kepadatan.

Jakarta, dalam esensinya, adalah kota yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, dan kita butuh lebih dari sekadar pembangunan, kita butuh perancangan kota yang berorientasi pada publik dan keberlanjutan.

Masa depan Jakarta, bagi saya, tidak hanya bergantung pada berapa banyak gedung yang kita bangun, tetapi bagaimana kita mempertimbangkan seluruh aspek: ruang, iklim, dan yang terpenting, manusianya.

Ini adalah inti dari filosofi yang kami tanamkan di Fakultas Urban Design Monash University, Indonesia. Kami meyakini, untuk menciptakan kota yang benar-benar meningkatkan kualitas hidup, para perancang kota harus dibekali tidak hanya dengan pengetahuan teknis, tetapi juga dengan empati—kemampuan untuk memahami dan merespons kebutuhan serta aspirasi penghuni kota.

Salah satu solusi konkret yang kami teliti adalah konsep Transit-Oriented Development (TOD). Data kami menunjukkan bahwa penambahan 1.000 lapangan kerja di zona TOD mampu menarik sekitar 300 pengguna angkutan umum baru setiap hari kerja.

Baca Juga: Intip Leviro Residences: Proyek ‘Scandinasian’ Perdana di Bali yang Bikin Properti Makin Cuan!

Ini bukan sekadar angka; ini adalah bukti bahwa integrasi antara pembangunan perkotaan dan sistem transportasi publik yang efisien dapat secara fundamental mengubah kebiasaan komuter, mengurangi kemacetan, dan pada akhirnya, menciptakan kota yang lebih berkelanjutan.

Bukti lainnya, MRT Jakarta, telah menunjukkan keberhasilan luar biasa dalam mengurangi kemacetan hingga 34%. Ini adalah langkah besar menuju peningkatan kualitas hidup masyarakat perkotaan.

Namun, tantangan yang kita hadapi membutuhkan lebih dari sekadar studi dan penelitian. Kita perlu aksi nyata. Proyek seperti Banten Mosaic, sebuah living laboratory yang mengintegrasikan desain berbasis lingkungan, teknologi digital, dan partisipasi masyarakat, adalah contoh bagaimana penelitian akademis dapat menghasilkan solusi yang berdampak langsung bagi pemerintah daerah dan masyarakat rentan. Pengalaman ini harus menjadi inspirasi, bukan hanya untuk Jakarta, tetapi untuk kota-kota lain di seluruh Indonesia.

kota jakarta, kota berkelanjutan, tata kota,
Kota Jakarta dari kawasan Senayan, Agustus 2025. (Foto: Pius Klobor/PropertiTerkini.com)

Populasi perkotaan dunia diproyeksikan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2050. Ini berarti kebutuhan akan perancang tata kota yang terampil dan berwawasan jauh ke depan akan terus meningkat.

Ini adalah panggilan bagi generasi muda Indonesia. Saya mendorong mereka untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi menjadi aktor kunci dalam membangun wilayah perkotaan di seluruh negeri.

Melalui jalur akademis di Monash University, Indonesia, kami berkomitmen untuk mempersiapkan generasi perancang kota masa depan yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki visi untuk menciptakan kota yang tidak hanya fungsional, tetapi juga inklusif, resilien, dan relevan terhadap kepentingan publik.

Baca Juga: Surabaya Buka Peluang Investasi Rumah Seken, Harga Rp1–3 Miliar Paling Diburu

Mewujudkan tata kota yang lebih berkelanjutan, adil, dan mudah beradaptasi adalah sebuah perjalanan panjang. Namun, dengan kolaborasi antara akademisi, pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, saya optimis bahwa Jakarta dapat menjadi contoh nyata dari visi Indonesia Emas 2045, sebuah kota yang benar-benar menjadi rumah bagi seluruh warganya, bukan sekadar agregasi gedung-gedung tinggi.

***

Related post

Hadapi Tantangan Industri Semen di 2025, SBI Fokus Efisiensi dan Inovasi Berkelanjutan

Hadapi Tantangan Industri Semen di 2025, SBI Fokus Efisiensi…

PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI), entitas anak PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG), memperkuat ketahanan bisnisnya di tengah…
Synthesis Huis Luncurkan Rumah Sultan “The Villas” dan Dua Tipe Baru untuk Segmen Menengah

Synthesis Huis Luncurkan Rumah Sultan “The Villas” dan Dua…

PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — Dalam rangkaian pengembangan fase kedua, Synthesis Huis meluncurkan hunian eksklusif bertajuk The Villas sebagai rumah “sultan” pertama di…
Gedung Permata Bank di Bintaro Raih Sertifikat Green Building dari GBCI

Gedung Permata Bank di Bintaro Raih Sertifikat Green Building…

PropertiTerkini.com, (BINTARO) — Gedung Permata Bank di kawasan Bintaro Sektor 7 resmi meraih sertifikat Greenship Existing Building level Gold dari Green Building…

Leave a Reply